Sabtu, 29 November 2008

Hidup itu indah & Penuh Kejutan

Hidup itu indah dimulai saat aku duduk dibangku SMA menemukan tambatan hati yang menurut ku paling sempurna.
Waktu itu kebetulan aku baru putus dengan pacar pertama ku yang satu sekolahan, entah kenapa aku juga lupa (hehehe maklum dah berumur !!!!!). Selang beberapa minggu setelah cinta pertama ku kandas aku ditelpon oleh teman ku untuk menjemput dia dan pacarnya disuatu tempat dimana waktu itu tepat malam minggu. Karena dia tau aku lg nge-jomblo makanya dia telpon aku untuk minta dijemput maklum teman akrab jadi agak sedikit manja. Didalam perjalan pulang menuju rumah pacar teman ku itu kita ngoborol macam-macam sampai pada akhirnya teman ku bilang ke pacarnya kalo aku dah putus dengan pacarku trus aku lagi cari pacar lagi, pacar teman ku langsung menyodori teman dekatnya.
Singkat cerita kita sampai dirumah pacar temanku itu sambil pamit pulang teman pacarku bertanya sama aku, "mau titip salam ngga buat teman gw ?" dengan santai aku bilang, "ya udah titip salam yah !"
Keesokan harinya temanku menyampaikan pesan bahwa aku disuruh menelpon temannya pacar teman ku sambil menyodorkan secarik kertas berisi no telpon.
Sepulang sekolah langsung aku menuju telpon dan memencet nomor yang tertulis disecarik kertas tadi dan terdengan suara dari telpon tadi ternyata gadis yang aku tuju yang mengankat menyambut dering telpon tadi. Telpon pertama ku di respon sangat baik senangnya hatiku ini kemudian berlanjut ke telepon-telopn berikutnya sampai kita akhirnya janjian buat keluar malam minggu.
Setelah berapa kali kita jalan bareng aku memberanikan diri buat menyatakan rasa suka ku ke dia ku kumpulkan semua keberanian yang aku punya dan akhirnya kata-kata itu terucap juga dengan lancar, alhamdulillah. Namun betapa malunya aku pas dia bilang, "santai aja dulu !" langsung merah muka ku karena bukan itu jawaban yang aku harapkan.
Keesokan harinya aku cerita ke teman ku tentang kejadian yang aku alami dan aku bilang ketemanku aku udah nga mau lagi telepon-telepon dia karena sudah malu dan sudah merasa bahwa cintaku di bersambut. Terus terang aku orang yang tipenya mtidak enganggap urusan percintaan bukan hal yang main-main walaupun pada saat itu aku baru SMA yang bisa dibilang masih cinta monyet.
Pulang sekolah, sampai rumah aku langsung ganti baju dan makan siang, tiba-tiba telepon berdering kebetulan dirumah lagi nga ada orang jadi terpaksa aku yang angkat teleponnya dan betapa kagetnya pas mendengar suara yang tidak asing lagi ditelingaku beberapa waktu lalu. Ternyata dia menelpon aku dan menanyakan kenapa aku ngga pernah telepon-telepon lagi. Senang bercampur kaget aku coba menjelaskan kepadanya akhirnya dia meminta maaf atas perkataannya waktu itu. Akhirnya hubungan kita kembali baik lagi bahkan lebih baik dari sebelumnya.
Menjelang lulus SMA kita berdua sepakat buat bertunangan untuk lebih mempererat tali percintaan kita. Aku ngomong ke orangtuanya bahwa aku mau memperkenalkan orangtua ku sambil membicarakan masalah pertunangan kita dan sambutan orangtuanya sangat baik mengenai keinginan aku tersebut.
Beberapa tahun kita tunangan akhirnya kita menikah setelah aku lulus menjadi sarjana ekonomi dari sebuah universitas di kota tercinta JAKARTA. Cita-cita setelah aku lulus mendapat pekerjaan ternya bertolak belakang dari kenyataan, pada saat itu negara kita tercinta INDONESIA sedang dilanda krisis moneter yang berimbas susahnya mendapat pekerjaan, sementara istriku telah lebih dahulu memperoleh pekerjaan tetap sehingga ia merelekan kuliahnya tidak terselesaikan di fakultas hukum. Setelah kita menikah kita masih numpang di rumah orang tua istriku jadi beban hidup tidak terlalu terasa berat karena semua fasilitas kita dapatkan.
Waktu terus berlalu dan aku masih tetap menjadi pengangguran yang bertitel sementara istriku telah berpindah-pindah pekerjaan beberapa kali. Untuk diketahui istriku cantik dan supel semua yang kriteria yang diinginkan pria untuk jadi pacar atau istri ada di dia semua sementara aku hanya bertitelkan ijazah sarjanaku tanpa pengalaman kerja. Setiap hari aku membuat lamaran pekerjaan yang entah sudah berapa ratus aku kirim tetapi nga ada panggilan untuk interview satu pun juga sekalinya ada kerjaan cuma mendapatkan komisi bukan gaji tetap, bukan aku gengsi tetapi aku mengharapkan sesuatu yang pasti untuk suatu pekerjaan yang aku lakukan. Alhadulillah istriku masih mau mengerti dengan keadaan aku pada saat itu. dan dia terus mensuport aku untuk mencari lowongan pekerjaan lainya baik itu spirit maupun materi.
Tahun ke tahun kita hidup berdua dirumah mertua pasti merasa ada yang kurang dalam hidup perkawinan kami, ya betul kehadiran seorang buah hati yang diharapkan hadir dan dititipkan Allah kepada kita berdua. Untuk memancing hadirnya si buah hati akhirnya kita berdua sepakat untuk mengadopsi seorang anak untuk mengisi dan melengkapi hari-hari kami sebagai suami istri dan menjadi keluarga yang utuh. Sambil merawat anak tersebut kita berdua berikhtiar ke dokter untuk memeriksakan kesehatan kami berdua dan ternya masalah ada di aku yang menurut dokter ada penyumbatan disaluran sperma sehingga pada saat keluar sperma sudah keburu kecapean untuk membuahi sehingga tidak dapat membuahi, setelah mendengar itu dari dokter rasanya aku bagai disambar petir disiang hari namun alhamdulillah istriku tidak mempermasalahkan hal tersebut. Subhanallah, aku bersyukur memiliki istri yang mau menerima banyak kekurangan aku.
Bahagia hidup kami sejak hadirnya seorang anak dalam mahligai perkawinan kami. Sementara istriku kerja aku mengurus anak dirumah mulai dari menyuapinya makan, membuatkan susu sampai mengganti pampers maklum pengangguran. Lama-lama aku nga nyaman dengan keadaan ku seperti ini sementara istri melakukan tugas yang seharusnya aku lakukan dan aku malah sebaliknya. Setelah menanti sekian lama akhirnya ada teman istriku yang menyampaikan bahwa pamannya sedang membutuhkan karyawan. Singkat cerita aku akhirnya bekerja di sebuah PH paman temanku dengan penghasilan yang menurutku nga sesuai dengan titel yang aku sandang namun semua itu aku tidak hiraukan yang penting aku sudah dapat dipastikan bahwa setiap akhir bulan aku mendapatkan dan memberikan rejeki untuk anak dan istriku. Saat itu gaji ku jauh lebih sedikit dari istriku namun sekali lagi Subhanallah istriku mau lagi menerima banyak kekurangan aku.
Singkat cerita setelah aku punya penghasilan tetap akhirnya kita pindah kerumah yang dibelikan oleh mertua ku walaupun cicilannya harus kami bayar. Pada saat itu kami telah mengadopsi anak sehingga anak kami menjadi tiga orang 1 perempuan dan 2 lelaki. Hidup terus berjalan, kebahagian kami terus bertambah begitu juga pengeluaran untuk hidup. Akhirnya aku memutuskan untuk mencari kerja sampingan guna memenuhi kebutuhan hidap kami yang semakin hari semakin bertambah. Namun tetap saja aku tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup kami dan masih saja banyak kekurangan yang akhirnya kami sering bertengkar gara-gara masalah keuangan, karena istriku merasa seharusnya bukan dia yang memenuhi kebutuhan keluarga melainkan aku, sementara dia hanya menambahkan kalau-kalau ada kekurangan.
Seiring waktu berjalan istriku mendapat kan pekerjaan yang lebih baik dari sebelumnya dengan gaji yang cukup besar sehingga masalah ekonomi dikeluarga kami dapat tertolong. Semua kebutuhan keluarga penuhi oleh istriku sementara gaji yang aku dapat masih tidak dapat menutupi setiap kekurangan. Aku hanya bisa berdoa mudah-mudahan istriku mau menerima keadaan ini. Memang Allah Maha Mendengar dia mengabulkan doaku, istriku mau memaklumi semua kekurangan aku baik fisik maupun materi. Normal kembali kehidupan kami beserta ketiga anak kami yang menghiasai dan mengingatkan kami untuk tetap berjuang demi mereka.
Setelah berjalan beberapa bulan istriku mendapat tugas ke luar kota dalam rangka expansi perusahaan di daerah jawa timur. Oh iya, just info istriku bekerja di sebuah cafe dan menjabat sebagai manager. Beberapa hari sebelum kepergiannya ke luar kota aku secara ngak sengaja membaca sms ditelpon genggamnya yang isinya sangat mengejutkan aku yang mana dia telah janjian dengan seorang lelaki dari negara nun jauh disana untuk bertemu disana. Aku masih tidak percaya dengan isi sms tersebut sehingga hal ini aku tanyakan langsung ke istriku dan istriku mengatakan demi Allah ia tidak janjian dengan pria di sms itu, Astaqfirullahallazim aku dan berburuk sangka sama istriku sendiri.
Setelah pergi beberapa hari akhirnya istriku tercinta kembali kerumah, rasa kangen dan rindu terobati sudah melihat dia pulang dengan selamat. Kembali ke rutinitas kami berdua yang bekerja-bekerja trus untuk menafkahi anak-anak kami.
Setelah pulang bekerja kami bercengkrama dan membantu anak-anak membuat pekerjaan rumahnya. Selesai semua kegiatan anak-anak dan langsung kami suruh mereka istirahat untu menyambut hari esak yang lebih menyenangkan, setelah anak-anak tertidur kami pun beristirahta juga untuk menghilangkan kepenatan kami dari pagi sampai sore tadi di tempat kerja. Kami masuk kamar, bersih-bersih diri lalu naik ke ranjang. Setelah sekian lama aku ditinggal istri hasratku untuk berhubungan suami istri aku lampiaskan ke istriku yang menyambut dengan baik. Di pertengahan kegiatan hubungan suami istri tersebut istriku meminta aku untuk saling terbuka dan bicara jujur tentang segala hal dan tidak ada rasa sakit hati setelah mendengar pengakuan kami masing-masing, aku langsung mengiyakan. Pertama aku diminta untuk menjawab pertanyaan yang dia ajukan kepada ku, "apakah aku pernah berhubungan badan selain dengan istriku ?, aku jawab tidak pernah diiringi dengan menyebut nama Allah, selanjutnya aku yang mengajukan pertanyaan kepada istriku dengan pertanyaan yang sama dengan yang ditanyakan istriku kepadaku dan iya menjawab, Pernah !, wuihhhh......... hati suami mana yang nga kaget dengar jawaban seperti itu, namun aku berusahaa tidak marah karena kami sudah sama-sama berjanji. Namun rasa penasaran terus menggoda aku untuk menanyakan, "sudah berapa kali kamu berbuat seperti itu ?", dia menjawab, "sudah 5x termasuk waktu dia dinas keluar kota waktu itu", Astaqfirullahallazim pertanyaan aku perluas, "dengan orang yang sama apa berbeda ?" dia menjawab, "dengan orang yang berbeda !" trus dengan alasan apa kamu bisa sampai seperti itu ? istriku menjawab, "just for fun dan just for money !".
Setelah malam itu hati kecil ku masih nga percaya istriku bisa melakukan hal yang sangat diharamkan oleh agama yang mana istriku sempat menjalani kehidupan sebagai wanita muslimah yang taat. Tapi perasaan marah aku tutup dalam-dalam dan mengajak bicara istriku dari hati-ke hati untuk tidak mengulangi lagi perbuatan dosa seperti itu karena bagaimana pun dia perbuat an yang ia lakukan setelah kami menikah dan menjadi tanggung jawab aku sebagai imam keluarga untuk bertanggung jawab atas semua perbuatan istriku dunia dan akhirat.
Setelah itu aku tidak dapat percaya istriku seperti dulu setiap hari aku berusaha mencuri-curi telepon genggamnya untuk mengetahui kegiatan ia sehari-hari dan ternyata ada sms lagi dari pria yang ia temui waktu dinas ke luar kota, hal tersebut langsung aku tanyakan apa maksud semua ini karena kami sepakat untuk menutup semua kenangan dan membuka lembar baru dalam kehidupan kami dan dia menjawab, "cuma untuk menanyakan kabar dia saja ! "Sangat marah dan kecewa atas perbuatan istriku yang mana kita sama-sama berjanji untuk tidak membukan kenangan hitam masa lalu.
Setelah kejadian itu kami pisah rumah aku kembali kerumah orang tua ku begitu pun istriku, kami berjanji untuk berpisah selama 3 bulan untuk instropeksi diri. Namun tidak disangka istriku malah mengeksprikan diri dengan membeli semua keinginan dia yang tertahan sewaktu kami masih berdua.
Hari ke hari minggu ke minggu telah kami lalui namun tidak ada perubahan terhadap istriku ia masih saja trus mengeksprikan diri, semua yang aku larang waktu kita masih berdua dia langgar semua, namun aku harus bisa bersabar demi keutuhan keluarga kami, Aku makin mendekatkan diri dengan Allah dan terus meminta-Nya untuk mengampuni semua kesalahan istriku serta dibukakan pintu hatinya untuk menerima hidayah dari-Nya. Amin. Setiap aku singgah kerumahnya aku selalu membujuknya untuk pulang kembali kerumah dan berkumpul sepeerti dulu lagi (2 anak laki-laki kami ikut istriku sementara anak perempuan lebih memilih tinggal bersama ku)
Lebaran Idul Fitri aku ajak pulang masih belum mau, hari ulang tahun pernikahan kami pun aku tetap berusaha membujuknya untuk pulang tapi ia tetap belum mau dengan berbagai alasan yang menurutku mengada-ada. Sampai akhirnya ia menceritakan bahwa ia telah berbuat dosa lagi dengan pria lain dan aku tetap berusaha untuk membujuknya kembali pulang dan berkumpul bersama namun masih dengan jawaban yang sama, tidak ! Sabar, cuma itu yang ada di hati aku menyikapi kelakuan istriku karena bagaimana pun aku masih sangat mencintai dan menyayangi istriku.
Suatu hari istriku bercerita bahwa ia sedang sakit yang mengharuskan dia di operasi dengan biaya yang sangat mahal atau dengan jalan lain ia harus hamil. Karena pada saat itu aku sudah tidak bekerja lagi aku memilih untuk mengijinkan dia untuk menikah lagi dengan pria lain setelah aku menceraikannya, karena untuk membuat istriku hamil aku tidak bisa (bukan aku tidak percaya dengan kekuasaan Allah) semua itu aku lakukan agar rasa sakit yang ia alami bisa segera hilang, namun ia tidak mau aku ceraikan katanya lebih baik ia menahan sakit daripada harus kehilangan diriku, subhanallah aku langsung menangis dan berjanji untuk merawatnya sampai keadaanya sehat seperti semula sambil aku bujuk untuk kembali pulang dan lagi-lagi jawaban tidak yang keluar dari mulutnya. Istriku bersikeras untuk tidak mau pulang kerumah kami dengan semua alasan yang mengada-ada, malah dia meminta aku untuk menginap dan mengurusnya dirumah orangtuanya saja. Sekali lagi cuma sabar yang dapat aku lakukan dan melihat anak-anak karena tanggungjawab ku terhadap Allah untuk memelihara dan merawat mereka lebih besar dibanding rasa marahku. Akhirnya aku mengalah dan berjanji untuk menuruti semua kemauannya untuk tinggal dirumah mertua yang istriku sendiri tidak tahu sampai kapan kami mau tinggal disitu dengan syarat dia harus mengikuti semua peraturan aku yang masih menjadi suami dan imam untuknya.
Beberapa syarat yang aku ajukan anatara lai :
  1. Bekerja tidak boleh memakai pakaian yang terbuka (seksi), ia mau menuruti,
  2. Aku meminta ia unutk mengganti semua no telepon genggamnya karena menurutku dari situ awalnya hubungan kita sampai seperti ini, ia tidak mau menuruti.
  3. Aku meminta ia untuk mengurangi jam kerjanya, ia tidak bisa
  4. Aku memintanya untuk memakai jilbab lagi, ia bilang akan dicoba (padahal dulu istriku sempat memakai jilbab dan ia terlihat lebih cantik dan lebih berwibawa, kenapa harus di coba ?)
  5. Cukup !!!!
Aku nga bisa menyebutkan syarat-syarat selanjutnya karena aku merasa sudah nga bisa lagi jadi imam yang baik buat dia, akhirnya aku juga harus bersikap tegas kepada istriku kalo aku nga bisa hidup kayak gini dan aku ikhlas untuk menceraikan istriku tapi dia malah menangis dan tidak mau aku ceraikan. Tetapi keputusan ku sudah bulat aku harus menceraikan istriku, akhirnya ia menerima dengan keputusan aku untuk menceraikannya dengan hati yang ikhlas. Amin
Aku nga mau menanggung dosa atas perbuatan yang bukan aku bikin sementara perbuatan baik aku aja belum tentu diterima oleh Allah, dan semua yang terlalu menurut agama tidak baik termasuk terlalu sabar........
Mudah-mudahan akhir tindakan ku ini benar dimata Allah dan hal yang terbaik yang diberikan Allah untuk ku, iman ku dan agama ku. Amin
Hidup itu Indah dan Penuh dengan Kejutan........